Sudah 8.030 hari
tak ada yang berubah saat dua puluh dua kali pergantian tahun baru. Lima tahun
terakhir bahkan selalu mengecewakan, harapan yang menggantung di langit-langit
saat kembang api ditembakkan ke atas−−tepat pukul dua belas malam hanya menjadi
percikan yang tak berharga.
Winny merapal
mantra yang didapatnya dari hasil blogwalking
sebelum tiga hari menjelang tahun baru. Kesukaannya berselancar di dunia
maya membuatnya kreatif untuk menjalani pergantian tahun meskipun hanya di
rumah. Kakak laki-lakinya, Willy, yang
empat tahun lebih tua diatasnya malah sudah bosan dengan tahun baru di luar
rumah, hingga terkadang lelaki bertubuh jangkung altletis itu senang sekali
meledek adiknya yang kuper. Saat mereka masih remaja memang terdengar seperti ledekan,
tapi di usia yang sudah tidak lagi pantas bermain-main, makna tahun baru lebih terasa
berbeda. Willy suka bermian di luar dengan teman-teman se-geng-nya, dua tahun
terakhir malah sering pergi di malam tahun baru dengan kekasihnya. Tak ada
waktu lagi bagi adiknya maupun keluarga, hanya Ibu dan Winny berdua. Ayah
mereka sudah meninggal sebelas tahun yang lalu. Tahun baru semakin tidak ada
yang spesial bagi Winny.
