Halo,
bloger-chan! Akhirnya saya bisa ngeblog lagi di sini setelah hiatus kurang
lebih tiga bulan.
Hmm,
tahu tidak saya cukup sibuk di awal-awal tahun ini, selain karena UAS terakhir
waktu bulan Januari, disusul PPL dan bimbingan skripsi. Saya juga ada job lain, yaitu ngedit naskah orang. Alhamdulillah… saya bisa dapet lagi job ini,
meskipun freelance dan bayarannya tidak seberapa, tapi saya sangat senang
menjalaninya.
Pertama
kali mau menulis ini saya terbayang saat masih PPL di PT. Telkom.
Waktu PPL di sana saya banyak sekali dapat pelajaran. Tidak hanya dari kerjanya
sih, soalnya kerjanya tuh, ya menganalisis, bukannya kerja beneran seperti di
kantor. Mungkin karena kita mahasiswa, jadi kita disuruh menganalisis produk barunya, yaitu
SPIN Card.
Meskipun
sudah satu bulan lamanya PPL selesai, tapi kenangan di sana masih terasa.
Di mana kita belajar untuk berjualan di lapangan dan menganalisis hasilnya,
yang ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Tidak mudah juga untuk
disepelekan. Karena apa? Karena lingkungan di tempat kerja itu berbeda sekali
dengan lingkungan di kampus atau sekolah. Pendidikan formal memang sudah biasa, tapi pendidikan informal alias attitude itu yang luar biasa bisa di
dapatkan dari lingkungan kerja.
Saya
dan keempat teman yang tergabung dalam satu kelompok PPL harus
berkali-kali mengalami kegagalan karena salah menginterpretasikan persoalan
produk SPIN Card. Kami juga terlalu menyepelekan hal tersebut, sehingga harus
sampai tiga kali kami melakukan perbaikan sampai akhirnya diterima. Pemimpin
PT. Telkom pun menggembleng kami cukup keras, sehingga teman-teman saya menciut
nyalinya. Kalau saya sih, terus terang setuju sekali dengan perlakukan pemimpin
yang keras sehingga memberikan kami pelajaran bahwa dunia kerja memang seperti
ini adanya.
Ini
pengalaman yang luar biasa yang tidak pernah saya dapatkan di lingkup
pendidikan. Saya juga senang saat pemimpin menyindir kami orang-orang di bawah
standar, rasanya seperti dicambuk untuk menjadi lebih baik lagi. Benar saja,
saya merasa tertantang dengan setiap kata-kata pemimpin. Saya pun selalu
berucap dalam hati, “Saya akan membuktikan ke Bapak, kalau saya bisa sukses.
Jauh dari perkiraan Bapak yang menjudge pekerjaan kami seperti anak SMA.”
“Saya
akan lebih dari Bapak.” Itulah kata-kata dalam batin saya
**
Sekarang
di bulan ke tiga tahun 2014, saya semakin diberikan cobaan untuk pandai-pandai
mengatur waktu. Sebelum menulis ini pun saya mikir dua kali, karena ini sama
saja saya membuang-buang waktu menulis yang bisa saja ditulis pada waktu kapan
saja. Tapi, mengingat hasrat menulis saya itu besar, kenapa harus ditunda-tunda?
Toh, sebenarnya tulisan ini adalah obat dari rasa stres saya yang tiba-tiba jetlag
dengan pekerjaan sebagai mahasiswa tingkat akhir.
- Pertama, saya harus mengerjakan skripsi yang masih penuh dengan revisian.
- Kedua, saya harus mengedit naskah orang lain yang diberikan deadline cukup sebentar.
- Ketiga, saya harus belajar untuk ujian kompre.
- Keempat, saya harus baca buku novel yang sudah lama ditimbun.
- Kelima, saya harus menulis resensi dari buku yang sudah saya baca dan mempostingnya di blog.
- Keenam, saya harus menulis novel saya sendiri yang sudah lama terbengkalai.
- Ketujuh, saya pengin mengembangkan salah satu cerpen saya untuk dijadikan novelet, agar bisa ikutan lomba menulis novelet Gramedia.
- Kedelapan, saya lagi pengin lancar bahasa inggris, jadi saya harus tiap hari belajar biar nggak lupa.
Saya
tahu job description saya tidak
penting, tapi saya hanya ingin berbagi keruwetan ini di blog agar perasaan saya
lega dan bisa kembali semangat beraktifitas seperti biasa. Saya bersyukur
sekali punya kegiatan yang seperti ini, produktif dan bermanfaat.
“Orang sukses bukanlah orang yang punya
banyak waktu luang. Orang sukses adalah orang yang disiplin dan cerdas dalam
mengelola waktu.” - Mudrajad Kuncoro.
Alhamdulillah
:)